Jakarta Utara, jakartabersahabat.com :
“Program Buruh Sekolah & Buruh Sarjana”, Gerakan Peradaban SP TKBM INDONESIA. Kamis, 20 November 2025.
Ada saatnya sejarah dipaksa berjalan oleh negara.
Tetapi ada juga saatnya sejarah bergerak justru meski negara diam.
Dan hari ini, Gerakan Peradaban buruh pelabuhan adalah contoh paling nyata dari kemandirian yang lahir dari kekecewaan.
Di pelabuhan—urat nadi logistik yang menggerakkan ekonomi Indonesia—ribuan buruh sedang melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah: mencerdaskan dirinya sendiri.
Mereka kembali sekolah.
Mereka mengejar ijazah.
Mereka siap kuliah.
Mereka memburu sertifikasi keahlian.
Ini bukan sekadar kegiatan pendidikan.
Ini adalah Gerakan Peradaban: perubahan mental, budaya, dan arah hidup buruh pelabuhan.
Ironisnya, gerakan besar ini berdiri tanpa dukungan negara. Bahkan lebih ironis lagi: organisasi buruh dipaksa berutang untuk menutup biaya sekolah paket karena janji bantuan pemerintah—termasuk dari Wakil Presiden—tak pernah datang.
*Negara Diam, Buruh Bergerak
Negara sering berbicara tentang “SDM Unggul”, “Indonesia Emas 2045”, dan “transformasi ekonomi”. Namun ketika buruh pelabuhan benar-benar melakukan transformasi SDM, negara tak ada di sana.
Tidak ada anggaran yang turun.
Tidak ada program yang menyentuh buruh. Tidak ada kepastian.
Bahkan program Buruh Sarjana harus tertahan karena KIP Kuliah untuk buruh pelabuhan tidak pernah terealisasi, meski janji itu disampaikan langsung dalam pertemuan resmi.
Di atas kertas, pemerintah mendukung peningkatan skill.
Di lapangan, organisasi buruh harus meminjam uang untuk membiayai pendidikan anggotanya.
*Ini adalah paradoks dari negara yang katanya “mementingkan manusia”.
*Gerakan Peradaban adalah Jawaban dari Kemandekan Negara.
SP TKBM Indonesia tidak menunggu.
Tidak berharap belas kasihan.
Tidak tunduk pada ketidakpastian.
Mereka bergerak.
Program Buruh Sekolah berjalan.
Program Buruh Sarjana disiapkan.
Sertifikasi keahlian bergulir tertatih.
Semua dilakukan dengan pendekatan peradaban: mengangkat manusia dari lembah keterbatasan menuju ruang mobilitas sosial yang lebih layak.
*Gerakan Peradaban adalah kesadaran kolektif bahwa masa depan tidak boleh ditunda hanya karena negara lambat bergerak*.
*Pelabuhan Tidak Bisa Modern Jika Manusianya Dibiarkan Tertinggal.
Berapa pun banyaknya crane, terminal modern, digitalisasi, atau dermaga baru yang dibangun, pelabuhan tidak akan pernah benar-benar modern jika buruhnya tertinggal dalam pendidikan dan keahlian.
Modernisasi infrastruktur tanpa modernisasi manusia hanyalah kosmetik. Dan kosmetik tidak pernah menyelesaikan masalah struktural.
Buruh pelabuhan yang berpendidikan tinggi, kompeten, dan tersertifikasi bukan hanya kebutuhan pelabuhan, tetapi kebutuhan nasional.
Karena ketika mereka naik kelas, logistik nasional ikut naik kelas.
Ketika logistik naik kelas, daya saing bangsa meningkat.
Ini logika yang sederhana—terlalu sederhana untuk terus diabaikan pemerintah.
*Dengan atau Tanpa Negara, Gerakan Ini Tidak Akan Berhenti
Sejarah tidak menunggu mereka yang lambat. Sejarah bergerak bersama mereka yang berani.
Gerakan Peradaban buruh pelabuhan membuktikan bahwa :
*jika negara hadir, gerakan ini akan melompat lebih jauh.
*jika negara absen, gerakan ini tetap bergerak*.
Karena buruh pelabuhan tidak lagi menunggu belas kasihan.
Mereka menuntut haknya melalui perubahan yang mereka lakukan sendiri.
*Negara boleh lambat.
Birokrasi boleh berbelit.
Janji pejabat boleh tidak ditepati.
Tapi *Gerakan Peradaban akan tetap berjalan, sebab ia lahir dari kesadaran*:
bahwa masa depan tidak boleh diserahkan pada ketidakpastian pejabat publik.
Negara Harus Memutuskan—Ingin Menjadi Bagian dari Peradaban, atau Justru Tertinggal Olehnya
Gerakan Peradaban buruh pelabuhan adalah momentum penting.
Momentum yang bisa mengangkat martabat pekerja, memperkuat logistik nasional, dan membangun fondasi ekonomi masa depan.
Negara hanya punya dua pilihan :
1. Hadir dan mempercepat perubahan, atau
2. Diam dan tertinggal oleh perubahan yang lahir dari bawah.
*Buruh pelabuhan sudah melangkah.
Gerakan sudah berjalan.
*Dengan atau tanpa negara, Gerakan Peradaban tidak akan berhenti.
Dan sejarah kelak akan mencatat:
bahwa ketika negara ragu, buruh pelabuhan lah yang memilih untuk maju.
Sumber : Subhan Hadil Ketua Umum Pimpinan Pusat SP TKBM INDONESIA
Reporter : Lindawati Wibowo – Kabiro jakarta utara media jakartabersahabat.com












